MENYUSUN TUJUAN PEMBELAJARAN

Menyusun Tujuan Pembelajaran dengan Pola ABCD

Gambar tujuan pembelajaran Dalam proses perencanaan pembelajaran, salah satu langkah penting yang tidak boleh dilewatkan oleh seorang guru adalah menyusun tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran berfungsi sebagai arah dan panduan bagi guru maupun peserta didik tentang apa yang harus dicapai setelah kegiatan belajar selesai.

Namun, dalam praktiknya masih banyak guru yang merumuskan tujuan pembelajaran secara umum sehingga belum menggambarkan hasil belajar yang terukur.

Salah satu cara efektif untuk membuat tujuan pembelajaran yang spesifik, terukur, dan mudah dipahami adalah dengan menggunakan pola ABCD. Pola ini membantu guru menulis tujuan pembelajaran dengan struktur yang jelas, sehingga hasil belajar dapat diamati dan dinilai secara objektif.

Apa Itu Pola ABCD?

Pola ABCD merupakan singkatan dari empat unsur utama dalam perumusan tujuan pembelajaran, yaitu: A (Audience), B (Behavior), C (Condition), dan D (Degree).

A (Audience) – Siapa yang belajar

Unsur ini menunjukkan siapa yang menjadi sasaran pembelajaran. Dalam konteks sekolah, biasanya yang dimaksud adalah peserta didik.

B (Behavior) – Perilaku atau kemampuan yang diharapkan

Unsur ini menggambarkan kemampuan, keterampilan, atau perilaku yang dapat diamati dan diukur setelah kegiatan pembelajaran. Gunakan kata kerja operasional seperti menjelaskan, mengidentifikasi, menghitung, menyebutkan, atau menganalisis, sesuai dengan Taksonomi Bloom.

C (Condition) – Kondisi atau situasi belajar

Unsur ini menjelaskan kondisi, alat, atau media yang digunakan ketika peserta didik menunjukkan kemampuan tersebut. Contoh: melalui video pembelajaran, dengan menggunakan mikroskop, atau setelah membaca teks.

D (Degree) – Tingkat keberhasilan

Unsur terakhir menunjukkan kriteria pencapaian yang diharapkan, seperti tingkat ketepatan, kecepatan, atau keberhasilan tertentu. Contoh: dengan benar, minimal 80%, atau tanpa kesalahan.

Langkah-Langkah Menyusun Tujuan Pembelajaran dengan Pola ABCD

  • 1. Menentukan peserta didik sebagai sasaran (A)
    Contoh: peserta didik kelas V SD.
  • 2. Menentukan perilaku atau kemampuan yang diharapkan (B)
    Gunakan kata kerja operasional seperti menjelaskan, menulis, atau membedakan.
  • 3. Merumuskan kondisi pelaksanaan (C)
    Contoh: melalui kegiatan eksperimen atau setelah menonton video pembelajaran.
  • 4. Menambahkan derajat keberhasilan (D)
    Contoh: dengan benar, minimal 80%, atau tanpa bantuan.

Contoh Tujuan Pembelajaran dengan Pola ABCD

1️⃣ Setelah menonton video tentang daur air (C), peserta didik kelas V (A) dapat menjelaskan proses daur air (B) dengan benar (D).

2️⃣ Melalui kegiatan percobaan menggunakan pegas (C), peserta didik kelas VIII (A) dapat menghitung frekuensi getaran (B) dengan ketepatan minimal 80% (D).

3️⃣ Setelah membaca teks laporan observasi (C), peserta didik (A) dapat mengidentifikasi ciri-ciri teks laporan (B) dengan benar (D).

Mengapa Pola ABCD Penting?

Penerapan pola ABCD memberikan banyak manfaat bagi guru. Dengan pola ini, guru dapat:

  • ✨ Menulis tujuan pembelajaran yang lebih spesifik dan terukur.
  • ✨ Mempermudah penyusunan asesmen yang sesuai dengan tujuan.
  • ✨ Membantu peserta didik memahami harapan hasil belajar.
  • ✨ Menjadi dasar kuat untuk menentukan kegiatan dan media pembelajaran yang relevan.

Dengan demikian, pola ABCD bukan hanya sekadar format penulisan, tetapi juga alat bantu berpikir agar guru lebih sistematis dalam merancang proses pembelajaran yang bermakna.

Penutup

Melalui penerapan pola ABCD, guru tidak lagi menulis tujuan pembelajaran sekadar sebagai formalitas, tetapi benar-benar menyusunnya secara terarah, jelas, dan bermakna. Tujuan yang dirumuskan dengan baik akan membuat proses belajar lebih fokus, penilaian lebih objektif, serta hasil belajar peserta didik lebih optimal.

“Tujuan pembelajaran yang baik adalah yang menggambarkan apa yang dapat dilakukan peserta didik setelah belajar, bukan apa yang dilakukan guru selama mengajar.”

✨ Semoga bermanfaat ✨